Sabtu, 29 Januari 2011

MENGANDALKAN DIRI PADA PERTOLONGAN ALLAH

MENGANDALKAN DIRI PADA PERTOLONGAN ALLAH

Seorang teman menunjukkan kepada saya pesan singkat (sms) yang menggugah minat (intriguing) sambil bertanya apa yang harus dilakukannya dengan bunyi sms seperti itu. Isinya begini, “Menurut Kalender China; bulan Januari ini (pen. 2011) adalah bulan yang paling special. Ada 5 Senin, 5 Sabtu dan 5 Minggu dalam satu bulan. Ini hanya akan terjadi setiap 823 tahun. Mereka menyebutnya “Kantong Uang”. Teruskan pesan ini ke 8 orang, menurut Feng Shui China uang akan jatuh ketangan anda.”

Selesai membaca itu saya kemudian teringat bahwa masih banyak sms ataupun pesan semacam itu melalui e-mail ataupun jejaring lainnya yang berisi pesan “intriguing” semacam itu yang sering mendorong penerima pesan untuk mengikuti sugesti dalam pesan itu. Bahkan ada pula yang isinya bernuansa islami. Bagi orang muslim maka walaupun nampak sepele tapi anjuran ini adalah semacam ujian bagi keimanannya. Kita harus berhati-hati menyikapinya., jangan sampai mendekati syirik dalam lahiriah. Artinya tanpa kehati-hatian dan kekurang pengetahuan terhadap pemahaman akan tauhid maka kita bisa terperangkap pada perbuatan mendzolimi diri sendiri.

Dalam al Qur’an banyak ayat yang menunjukkan penegasan Allah swt bahwa semua urusan dialam semesta ini akan kembali kepada kemurahan-Nya. Semua sudah diatur berdasarkan kadarnya masing-masing dalam takaran yang harmonis. Surah Al Mulk QS 67:3 menggambarkan hal itu. “Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tiak seimbang?” Demikianlah, tidak ada satu urusanpun yang luput dari pengaturan Allah swt. Maka apabila kita tergoda pada suatu harapan yang ditunjukkan hanya oleh akal manusia yang mencoba meng-harmonisasikan angka-angka, pastilah harapan itu akan sia-sia. Rezqi itu dipastikan hanya datang dari Allah swt. Surah Ar Ruum menyatakan “Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezqi, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali).” (QS 30:40)

Nuansa yang timbul dari harapan akan kebenaran isi sms itu sesungguhnya sekelumit bisa dikatakan juga sebagai seakan berjudi nasib, dengan timbulnya dugaan jangan-jangan memang apa yang disugestikan itu akan terjadi. Jelas sikap ini patut dihindari.

Andalan kita hanyalah Allah swt. Setiap sholat, diwajibkan kepada kita untuk membaca Surah Al-Fatihah; ayat 5 dari QS 1 itu menyatakan pengakuan kita bahwa “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah[1] dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan[2]”. Maka apabila kita mulai berpikir untuk menggunakan kekuatan lain berupa sugesti yang tidak masuk akal sejatinya kita telah mengingkari janji yang kita ucapkan sepanjang hidup kita.

Menurut firman Allah swt pada Surah Huud, rezqi segenap makhluk ciptaan-Nya Allah-lah yang memberi. “Dan tidak ada suatu binatang melata[3] pun dibumi melainkan Allah-lah yang memberi rezqinya.” (QS 11:6)

Oleh karena itu jalani hidup ini dengan usaha dan kerja keras dan berserah diri padanya akan hasil yang mungkin dicapai sehingga dari padanya semoga akan diperoleh rezqi atas idzinnya. Rezqi akan datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Berapa kali dalam kehidupan ini kita merasa terperangah sebelum mampu bersyukur ketika rezqi yang kita tidak pernah perkirakan bahkan tidak pernah terpikirkan tiba-tiba saja ada dihadapan kita.

Menutup bahasan ini, ada suatu ayat dalam Al Qur’an yang paling tepat menggambarkan ketidak berdayaan manusia sekaligus meyakinkan kita bahwa rezqi itu patut dicari untuk meneruskan kelangsungan kehidupannya akan tetapi Allah swt telah menetapkan aturannya sehingga kehidupan itu harmonis adanya melalui ayat berikut ini. “Dan memberinya rezqi dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakkal kepada kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (QS 65:3).

Yang benar datangnya dari Allah swt, yang salah datang dari penulis untuk itu kami mohon ampun kepada Allah swt dan mohon maaf kepada pembaca majlis ini. Wallahu’alam.



[1] Na’budu diambil dari kata Ibaadat: kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan tentang kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.

[2] Nasta’in (minta pertolongan), diambil dari kata isti’aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup diselesaikan dengan tenaga sendiri.

[3] Yang dimaksud “binatang melata” disini ialah segenap makhluk Allah yang bernyawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar