Senin, 27 Juni 2016

KETIKA HARTAMU HILANG DIAMBIL ORANG

 Aku merasa seperti ada yang hilang dari diriku ketika aku kehilangan i Phone ini.  Perasaan itu masih tersisa sampai hari ini saat aku menuliskannya pada diary. Aku masih ingat betul hari itu Kamis 24 Desember 2015. Pagi itu aku jadwalkan kumpul dengan grup kecil 10 di Masjid Jami’i Bintaro untuk berangkat menuju Kebun Binatang Ragunan. Ini adalah bagian yang aku rencanakan dalam membuat senang anak-anak dhuafa dan yatim dari Desa Parigi yang letaknya berdekatan dengan Masjid Bani Umar, dimana aku sering jum’atan. Menjengkelkan sekali karena pagi inipun aku mempunyai masalah dengan bab-ku. Telah berjalan hampir satu bulan aku harus bab berkali-kali sebelum tuntas. Apabila tidak ada jadwal pergi pada pagi hari (menjalani) kebiasaan ini tidak lah menggangu karena aku bisa lakukan dengan leluasa. Tapi pagi itu aku sudah berjanji akan ketemu mereka jam 07:00 pagi. Walaupun aku usahakan agar bisa tuntas jam 07:00 tetapi tidak berhasil. Aku masih saja bolak balik ke wc menuntaskan bab yang menggantung sehingga akhirnya aku putuskan untu pergi saja ke Masjid meeting point. Lebih runyam lagi masalahnya, komunikasi dengan anak maupun ustadz nya tidak bisa dilakukan karena mereka tidak buka hp nya. Aku tahu pasti mereka bertanya-tanya tentang kedatanganku. Tiba di Masjid, mereka memang sudah menunggu. Segera aku jelaskan alasanku terlambat. Mereka bisa terima, anak-anak 12 tahunan ini memang masih polos dan lugu.  Masih terpancar wajah-wajah ceria menemui kedatanganku karena sebentar lagi mereka akan menikmati wisata kebun binatang. Aku meminta pamit dulu untuk berhajat bab karena perutku mulas lagi. Aku gunakan toilet di masjid itu. Celana kugantungkan dikapstok dan tas kecil hijau berisi iPhone aku gantungkan dipaku yang ada didinding. Ini aku lakukan berdasarkan pengalamanku tas hijau kecil itu selalu melorot jatuh dari ikat pinggang. “Smart ideaku” ternyata kemudian tidak diimbangi dengan daya ingatku. Perasaan bersalah terhadap anak-anak ini karena membiarkan mereka menuggu satu jam membikin aku tidak cermat lagi dengan barang milikku yang tergantung didinding. Akupun bergegas keluar dari kamar mandi untuk menjumpai mereka dan mengatur keberangkatan ke Kebun Binatang seperti siapa yang ikut dengan mobilku dan siapa yang ikut mobil sewaan. Demikianlah kami berangkat menggunakan dua mobil, mobilku Avanza dinaiki oleh santri laki-laki dan mobil sewaan Xenia dinaiiki santri perempuan.
Dalam perjalana menuju ke Kebun Binatang diisi dengan obrolan yang meriah menunjukkan suka citanya mereka dengan tamasya ini. Setiba di kebun binatang Ragunan aku meraih tas kecil hijauku yang berisi iPhone tapi tanganku tidak mendapati apa-apa di sabuk celanaku tempat ia biasanya tergantung. iPhone ku ketinggalan di kamar mandi masjid! Kepala agak terasa melayang apabila kuingat iPhone itu pasti hilang. Perjalananku ke Ragunan ini saja memakan waktu 2 jam. Siapa yang menjamin iPhone itu akan berada disana terus sementara banyak orang menggunakannya untuk mandi. Paling tidak 3-4 orang telah menggunakan kamar kecil itu. Apabila orangnya amanah pasti ia akan melaporkan itu ke security masjid, tapi pada zaman edan seperti sekarang sulit di harapkan itu akan terjadi. Namun demikian aku tetap memutuskan untuk ke kembali ke masjid Jami’i Bintaro itu hanya untuk memuaskan keinginan tahuku tentang apa yang sesungguhnya terjadi. “Ustadz, hp saya ketinggalan di kamar mandi masjid. Saya harus kembali melihat apa yang terjadi.” “Baiklah Abi Dodie, kami tunggu disini sementara itu saya dan anak-nak akan masuk ke Kebun Binatang.
Walaupun tidak yakin akan menemukan kembali hp itu tapi perasaan penasaran dan harapan lebih mendominasi keputusanku saat itu.
Kembalinya aku ke masjid membutuhkan waktu lebih singkat karena aku gunakan jalan tol ke arah exit Pondok Ranji. Dalam perjalan pikiranku bercampur aduk memikirkan sebab terjadinya kehilangan itu. Banyak aku dengar “tentang orang yang kurang sodakohnya menyebabkan kehilangan sebagian hartanya sebagai pengganti sodakoh itu”. Ada juga aku dengar “tentang apa yang aku tuai adalah hasil dari apa yang aku tanam”. Semuanya pada akhirnya akan berpulang pada amalan diriku sendiri.
Sesampainya di lokasi kejadian aku langsung menuju kamar mandi dan mendapati tidak ada iPhone yang semula tergantung di dinding itu. Bermacam perasaan berkecamuk dalam diriku menyalahkan tindakanku yang tidak cermat terhadap barang yang demikian berharga. Harganya 9 juta rupiah saat aku beli setahun yang lalu untuk memenuhi permintaan anakku agar aku bisa face time melalui iPhone itu. Dan sejauh ini iPhone itu sudah melaksanakan kewajibannya. Komunikasi dengan Los Angeles menjadi mudah dan menarik karena face to face. Aku merasa betul-betul kehilangan akan kemudahan yang dipunyai smart phone itu. Aku mengobrol dengan seorang security yang bertugas dan mengatakan “setiap kehilangan yang dilaporkan pasti akan disimpan oleh petugas karena “kami tidak berani mencurangi laporan itu karena kami takut masuk neraka.”. Akan tetapi kemudian dia bilang, “kecil kemungkinan hp itu akan kembali karena dari pagi tidak ada laporan kehilangan barang, lagi pula masjid ini mempunyai 3 pintu yang kamar mandinya digunakan oleh penduduk sekitar.” “Innalillahi wa inna ilaihi rojiun”, ini memang benar-benar musibah. Betapa tidak aku merasa ditelanjangi oleh orang pengambil barang ini dan mengetahui semua tentang diriku, sementara aku tidak tahu siapa dia. Sesungguhnya aku tidak akan merasa kehilangan seandainya pass word dan aplikasi lost gadget tidak aku uninstalled. Setidak-tidaknya dia tidak bisa gunakan hp itu dan aku tidak merasa dilihat secara transparant.
Aku mencoba menghubungi penemu gadget ku. Kuberikan beberapa opsi agar supaya dia yakin bahwa mengembalikan gadget yang ditemukannya di kamar mandi umum itu adalah jalan yang terbaik yang agama Islam ajarkan. Aku memang  ber asumsi dia orang muslim karena keberadaannya di tempat itu. Aku gagal meyakinkan. Dan nampaknya aku harus terima kenyataan bahwa aku kehilangan iPhone 5S ku. Mengingat dokumen yang aku punya didalam hp itu, sulit sekali aku bersikap ikhlas seperti yang diajarkan agamaku. Hampir satu tahun setelah kejadian itu masih ada sisa penyesalan dan keihklasan masih jauh dari sirna dalam hatiku sejak kutulis kejadian itu. Apakah aku cinta duniawi? Tak jelas. Yang jelas aku tidak mampu membelinya lagi untuk pengganti. Pelajaran apa yang bisa diambil? Berhati-hatilah terhadap barang bawaanmu kemana pun kau pergi. Jangan pernah tinggalkan tempat tanpa periksa dua kali. Semoga aku dapat rizki untuk mengganti.

Setelah ke-ikhlasan itu datang, mungkin ini adalah cobaan atas ketakwa-anku kepada-NYA.


PETUNJUK ALLAH SWT;
QS Al isra 17: 7

jika kamu berbuat baik kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.
DO'A:
Bismillah Yaa Hadii adh Dhalal wa Roodda adh Dhaalah Urdud ‘alayya Dhalatiy bi ‘Izzatika wa Sulthanika Fa Innaha min Athaaika wa Fadhlika 
(Dengan nama Allah, Wahai Yang Menunjuki yang tersesat dan Yang Mengembalikan yang hilang (maka) kembalikanlah kepadaku (sesuatu) yang hilang (dari) ku dengan keagungan-Mu dan kekuasaan-Mu. Sesungguhnya ia (sesuatu) itu adalah pemberian-Mu dan karunia-Mu).”
Empat Santri Peserta Kunjungan Kebon Binatang Ragunan